Minggu, 29 Maret 2009

Respond to "Lia Eden Tak Menodai Agama Manapun"


Tulisan ini sengaja dibuat untuk menanggapi sebuah tulisan bertajuk "Lia Eden Tak Menodai Agama Manapun" dari link berikut: http://www.facebook.com/profile.php?id=1057690330#/profile.php?id=1057690330&v=app_2347471856&viewas=1447161639

Saya sepakat kalau Lia Eden itu tidak menodai agama apapun. Menurut saya, kata yang lebih pas dan lebih pantas bukan “menodai” melainkan “menistakan” agama, karena “menodai” hanya meninggalkan bekas yang kotor, sedangkan “menistakan” bukan hanya mengotori tapi juga meremehkan sekaligus melecehkan yang tentunya sangat berbekas. Mengapa demikian? Berikut argumentasinya.

Pertama, Lia Eden mengaku dirinya adalah Malaikat Jibril yang menjelma menjadi manusia. Hal ini sungguh tidak masuk akal, karena yang namanya malaikat dalam agama manapun adalah mahluk suci, yang tidak memiliki nafsu sebagaimana mahluk lainnya. Sedangkan Lia Eden sendiri saya yakin sehari-harinya dia makan, minum, tidur, dan (maaf) boker. Itu artinya dia memiliki nafsu, dalam hal ini kebutuhan jasmani.

Kedua, Bu Lia mempercayai Nabi Muhammad, beriman kepada Yesus, Dewi Kwan Im dari Cina, dan juga sang Budha. Dalam hal ini dia mendapat wahyu dari Tuhan (menurutnya begitu) untuk mendirikan agama baru dengan menggabungkan berbagai agama. Hal ini jelas melukai masing-masing penganut agama. Mengapa? Karena dia mencampuradukkan agama-agama yang sudah ada, yang notabene masing-masing punya aturan baku sendiri, tidak dapat diganggu gugat, apalagi diobok-obok. Seandainya dia membuat agama baru dengan tidak membawa-bawa label agama lain, mungkin ceritanya akan berbeda.

Ketiga,Mama Lia mengaku mendapat wahyu Tuhan untuk menghapus agama Islam dari muka bumi dengan alasan telah dinodai oleh para penganutnya sendiri. Hal ini sungguh diluar nalar saya. Agama Islam yang selama ini telah dibangun berdasarkan akidah, yang telah terbukti kebenarannya baik secara ilmiah, logika, maupun filosofi, serta telah mengakar di urat nadi dan mendarah daging di setiap diri dan jiwa para penganutnya akan dibinasakan begitu saja? Kalau Islam itu ternoda gara-gara penyimpangan para penganutnya, saya rasa mengajak mereka untuk bertobat dan kembali ke ajaran Islam yang benar akan lebih baik (selain menghukum mereka sesuai perbuatannya).

Menanggapi soal umat Islam yang berdemonstrasi dengan cara kekerasan, memang hal demikian tidak diajarkan dalam Islam. Saya juga sangat tidak setuju dengan perilaku demikian. Akan tetapi, mereka tidak sepenuhnya harus disalahkan, apalagi dituding menodai agamanya sendiri. Hal itu mereka lakukan hanya sebagai reaksi atas sikap pemerintah yang terkesan “diam” dalam melindungi kesucian agama yang mereka anut dan aqidah yang mereka emban dan yakini selama ini. Pemerintah hanya mampu mengecam dan mengecam yang tentunya tidak menghasilkan apa-apa. Andai saja pemerintah mampu bersikap tegas, saya jamin huru-hara tidak akan terjadi dan kesucian agama tetap terjaga.

Soal Islam, Amerika dan teroris? Hmmm… saya bingung sebenarnya siapa yang teroris. Di televisi kita hanya “dipaksa” melihat bom-bom dan serangan-serangan yang dilakukan sekelompok muslim tertentu. Sementara itu, kita juga “dipaksa” menutup mata akan serangan, invasi, pembantaian dan tindak kekerasan lain Amerika yang telah menewaskan ratusan ribu warga Irak, dan negara-negara Muslim lainnya. Andai saja Naga Bonar mengetahui hal ini, dia pasti berkata, “Apa kata dunia?”

Kasus Lia Eden hanyalah salah satu dari banyak kasus penistaan agama yang berujung pada permusuhan antar umat beragama, atau pemojokan agama tertentu. Saya memandangnya sebagai boneka yang digerakkan pihak tertentu dalam upaya memecah belah umat dan bangsa. Seyogyanya kita tidak terjebak di dalamnya. Sudah saatnya bangsa ini melakukan perubahan dengan menerapkan sebuah system, aturan, dan tatanan yang bisa memecahkan persoalan semacam ini dan persoalan-persoalan lainnya yang tak kunjung selesai. System tersebut hendaknya bukan berasal dari manusia, melainkan berasal dari pencipta manusia. Dan itulah syariat Islam. Hidup pasti damai dan sejahtera. Percaya deh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar